KEBENARAN PASTI MENANG, MESKI PERLU WAKTU
Mengapa terasa kejahatan itu mudah berkembang?, mengapa banyak orang yang suka berbuat dzalim?, mengapa kemaksiatan cepat merajalela?, sementara kebaikan itu terasa lambat, sedikit pendukungnya, bahkan seringkali mendapat tantangan dan penolakan. Bukankah Allah swt. Tuhan semesta alam menghendaki kebaikan dan kebenaran itu tegak? Pada saat melihat realitas kehidupan di masyarakat, itulah beberapa pertanyaan yang seringkali muncul dalam benak kita. Bahkan tidak sedikit berbagai sarana yang digunakan untuk menyebar kemaksiatan itu berkembang lebih pesat daripada untuk kebaikan.
Tidak ada salahnya pertanyaan dan pernyataan tersebut muncul. Justru hal itu menjadi indikator dalam diri seseorang masih ada kepedulian terhadap kebaikan. Keresahan itu juga menjadi tanda bahwa seseorang masih berpihak pada kebenaran. Kepedulian dan keberpihakan itu jika dapat dikelola dengan baik, bisa jadi akan memunculkan inovasi baru untuk mengembangkan dan menyebarkan kebaikan kepada umat manusia. Keresahan terhadap keadaan yang ada adalah merupakan bukti bahwa dalam diri kita masih ada semangat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Itulah semangat dakwah yang seharusnya dimiliki oleh sebanyak-banyaknya kaum muslimin, hingga dapat bersama-sama pula mencari solusi untuk perbaikan dan amar ma’ruf dan nahi munkar.
Pertama-tama yang harus disadari bahwa kebenaran itu pasti menang, Allah pasti bersama orang-orang yang suka menolong kebaikan. Namun, selanjutnya yang perlu difahami bahwa kebenaran itu akan menang, jika dikelola dengan cara yang tepat sesuai dengan sunnatullah yang berlaku di muka bumi ini. Tidak boleh ada hal yang keluar dari ketentuan dan tata kelola yang telah ditetapkan oleh Allah buat makhluk-Nya. Oleh karena itu ada pernyataan yang mengatakan bahwa “kebenaran yang tidak dikelola dengan sistem yang baik, akan mudah dikalahkan oleh kebatilan yang dikelola dengan sistem yang baik”. Diantara sunnatullah di muka bumi ini menunjukkan bahwa segala sesuatu membutuhkan waktu untuk sampai pada tujuan yang diinginkan. Meski Islam adalah kebaikan dari Allah buat manusia, penerimaan masyarakat dan penyebarannya sejak masa-masa awal tetap membutuhkan waktu.
Itulah diantara pelajaran berharga dari hijrah nabi Muhammad saw. ke Madinah. Islam lahir di Makkah membutuhkan waktu 13 tahun dengan seluruh tantangan dan hambatan yang ada, baru setelah dapat tersebar dengan cepat yang dimulai dari momentum hijrah. Padahal, dengan mudah Allah dapat membuat Islam dapat berkembang lebih cepat lagi. Rupanya Allah sengaja menunjukkan kepada umat manusia bahwa segala sesuatu itu perlu proses dan harus melewati mekanisme yang alamiah. Dua belas orang Yatsrib yang mengucapkan janji setia di hadapan Rasulullah pada Bai’at Aqabah pertama, pada tahun sebelumnya jumlahnya hanya 6 orang saja, kemudia berjalan satu tahun penuh baru bertambah hingga menjadi 12 orang. Setelah itu, terus aktifitas dakwah dan rekruitmen berjalan selama satu tahun lagi, hingga bertambah 75 orang, mereka kemudian berjanji setia di hadapan Rasulullah pada Bai’at Aqabah kedua. Semua itu terjadi, sekali lagi membutuhkan proses.
Apabila kita perhatikan di awal-awal dakwah, perkembangan angka pengikut Islam terkesan sangat pelan. Baru setelah hijrah ke Madinah, jumlah pengikut Islam bertambah dengan cukup signifikan. Mengapa tidak hijrah sejak awal? Mengapa harus menunggu 13 tahun di Makkah?. Untuk menciptakan momentum yang tepat, sehingga hijrah ke Madinah juga dapat berjalan dengan baik, tidak mungkin dilakukan lebih cepat dari itu. Melakukan sejumlah kegiatan awal untuk mengantarkan peristiwa hijrah hingga sukses adalah keniscayaan. Kota Madinah harus disiapkan terlebih dahulu untuk menerima nabi Muhammad saw. Jumlah pengikut Islam harus cukup untuk menyambut dan membela nabi ketika nanti sudah sampai Madinah. Hal itulah yang terjadi, sehingga prosesi penyambutan nabi ketika sampai di Madinah juga sudah tertata dengan rapi, peran masing-masing sahabat dalam menyambut kehadiran beliau sungguh telah tertata dengan baik dan sempurna. Jadi, tidak terlambat meskipun hijrah nabi baru dilakukan setelah 13 tahun di Makkah.
Dakwah Islam ini tidak dibatasi dengan usia manusia, apalagi usia kita. Aktifitas dakwah Islam akan terus berjalan sejak dulu sebelum kita ada hingga sekarang. Dakwah Islam ini juga akan tarsus berjalan hingga hari kiamat kelak, dan saat itu kita tidak dapat membersamainya lagi. Tugas setiap generasi adalah bekerja untuk Islam, berusaha semaksimal mungkin dengan segala hal yang dimilikinya untuk memperjuangkan Islam. Perjuangan manusia tidak dituntut harus sampai pada hasil, perintahnya hanya untuk bekerja, dan Allah akan menilai pekerjaan tersebut, bukan hasilnya. “Dan katakanlah, “bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS At-Taubah:105).
Dengan demikian, dakwah Islam ini akan terus eksis di muka bumi selama dunia ini ada, sementara kita hanya akan dapat mengambil bagian kecil dari proses dakwah Islam yang amat sangat besar ini. Tidak ada jalan lain kecuali kita ikut bergabung dalam gerbong proyek raksasa dakwah Islam ini, sesuai dengan peran kita masing-masing, bisa menggunakan berbagai media organisasi yang kita miliki dan telah bergabung di dalamnya. Status sosial yang kita capai di dunia ini akan diukur dan ditimbang dengan sejauh mana peran kita dalam menyebar kebaikan dan memberi kebermanfaatan buat umat manusia.
Wallahu A’lam
Batu, 15 Agustus 2021